Jumat, 05 Oktober 2018

Seharusnya Kita Memang Begini, kan?



Sekali lagi, tak apa aku masih mempertahankan kita.. Sebenernya bisa aja aku benar benar menyerah, bisa aja kita benar benar selesai kalau kau tak datang menemuiku hari itu, memang benar hari ulangtahunmu, mungkin memang udah jalan-Nya kan.. trimakasih sudah kembali..

Memang seharusnya kita seperti ini kan?, senang rasanya liat senyummu seperti biasa, ah ternyata kamu masih tetep manja ya cunongkuu, masih seperti biasa, saat kau merengek ingin tidur dipangkuanku dengaan caramu, sambil mengelus rambut dan pipimu dalam hati aku bersyukur, bersyukur banget tuhan udah mengabulkan doaku satu per satu, kau masih sama manjamu yang makan maunya disuapin, apa apa maunya disiapin, kalo tidur hobinya meluk, dimobil maunya dipeluk, aku punya tempat tersendiri untuk meletakkan tanganku disisi pinggang kananmu, masih milikku.. aku suka bau nafasmu, aku suka suara ngorokmu haha hal hal konyol yang sering kau buat..
Semuanya.. aku suka.. aku masih suka...


Aku benar kan? Kita diuji karena mampu bertambah kuat. Bukan sebaliknya..
Aku terbiasa merekam tingkahmu, ketika kau makan; ketikakau tertawa; ketika kau tidur; ketika kau menggodaku dengan tingkah konyolmu. Untuk apa? Untuk kita kenang jika kelak kita sudah tua.. 

Im tryna to fix us… semoga baik baik saja, baik baik teruss…







Senin, 20 Agustus 2018

"Pecah Kongsi" with my Irpan Defriyadi (again), tolong jangan memporak porandakan hati ya say

August, 20-2018, 17.05 wib 


Aku fikir 2minggu yang lalu kmarin yang terakhir. Oh ternyata masih bisa datang mengetuk pintu rumahku lagi ya pan, ku pikir kau sudah lupa caranya. You know what? Bagaimana ya menjelaskan kondisinya sekarang, kebetulan mood-ku lagi standard. Kau tau bagaimana caraku memandangmu sekarang? Haha zonk, looser. Karna pilihanmu dengan yah~ maaf bilang lah ya aku lebih suka nyebut dia pelac*ur, shit! aku keceplosan haha.. Duh masih dengan teori lama ya sayang, datang menemuiku, dengan ucapan kamu rindu aku dan dengan kebiasaan lama, masih bisa memeluk ku, menggenggam tangan, mencium kening dan pipiku, mengelus kepala seperti biasa, dan kau lakukan berulang ulang. Aku tanya kenapa? Kamu jawab dengan alibi gapunya rasa dengan dia, trus bilang gamungkin kamu nikahin dia dan bla bla blaa.....aku mau ketawa ajasih ya, kamu masih gapunya otak fikirku. 

        Oke sebenernya aku cuma mau kamu ambil barang barang yang masih tinggal ajasih, ga lebih. Tapi kamu yg mau bahas ini, jd kita bahas aja sekalian sampai tuntas. Jadi masalahmu yang kamu bilang rumit itu, terlihat kecil dimataku cun. Jadi sekarang kamu keberatan, cemburu? liat aku deket sama lettingmu, duh sejujurnya mau gimanapun kamu masih terlihat manis saat cemburu. gaperlu berkata kasarlah menurutku, bukan salah letting-mu, keputusanmu meninggalkanku itu yang salah. gini ajalah, mungkin kamu musti pahami hal ini, when will you learn that ur actions have CONSEQUENCES. PAHAM KAN?!! Kau harus tau, aku sudah menjelaskan ke orangtuaku bagaimana situasi 'kita' sekarang, sekarang giliranmu menyampaikan situasi ini ke orangtuamu. Kalau memang sulit rasanya bagimu untuk mengambil keputusan, biar aku yang buat keputusan. Kalau memang sulit rasanya bagimu menjelaskan ke orgtuamu, biar aku yang menjelaskan. Menurutku ada baiknya juga, karena aku datang baik-baik dalam keluargamu gada salahnya aku pamit baik-baik juga kan? Terimakasih sudah mengunjungiku, aku masih suka kau, aku masih suka bau aslimu, aku masih suka bibirmu, sejauh ini sama, mungkin tidak sepenuh dulu, kau sadar akan kesalahanmu saja sudah cukup kok, sekali lagi trimakasih. Mungkin jauh didalam hatiku mencintai seseorang tak pernah usai. Kau harusnya mengerti posisi aku sayang, kaupun tau kemana harus menemuiku, aku rasa kau juga tau bagaimana cara kembali ke aku. Coba tanya hatimu sekali lagi, sebelum kau benar-benar pergi. kita lama loh, banyak hal yang sudah dilewati. Aku sudah sejauh ini pan, terlalu jauh. Tolong fikir... berulang ulang. 










Kamis, 26 Juli 2018

Old memory, my own Irpan Defriyadi

Sedikit me-rewind, aku tak terlalu pandai menggambarkan secara verbal, maaf biasanya berakhir dengan airmata, ini gabagus kan ya

 14 juli 2018..

Baru saja normal, sebelum pergimu kau bilang ingin q-time, itu pertama kalinya dalam 2 tahun ini, senang mendengarnya.. sangat senang.
 

 15 juli 2018
siangnya berangkat, masih berkabar.. sampai di muara tebo, masih berkabar.. sampai dipadang, hilang tanpa kabar.. 


17.. 18.. , 19 juli 2018,
kupikir mungkin kau butuh menikmati waktumu, tiba tiba menganti password ig, aku tahu ada yg lain.. i know, i just know.
seminggu... lebih. aku rasa cukup.
demi apapun, aku bicara sendiri kadang tertawa sendiri, kadang nangis, setiap malam. kata kakak ruangan ditempatku bekerja, "sudah adik, boleh sayang dengan orang, tp perhatikan, kamu tahu dia kamu kenal dia yang sebenarnya, kalo memang dirasa sudah beda jangan terlalu dipikirkan, untuk orang yang biasa biasa saja kalo memang benar benar sayang dia pasti memperjuangkan hubungannya, apapun kondisinya". mungkin kita memang perlu bicara.


24 juli 2018.
sudah puas aku pikir pikir. maaf semua barang barangmu ku kembalikan, aku  butuh kejelasan, aku tanya kenapa?

👨: tak ada.
👩 : jd kita apa?
👨 : teman aja kali ya untuk sekarang katamu.
👩 : cuma itu?
👨 : iya kita break.
👩 : aku dakmau, aku mau kita break up.
👨 : maksudnya kita putus?

👩 : iya.
Kau tanya kenapa? kujawab aku gasuka.
2 tahun ya, 2 tahun kita kau bilang ga suka? gimana caramu menjelaskan ke orangtua kita, orangtua mu. Teman temanku dan teman temanmu. Mereka pikir kita akur selama 2 tahun lebih ini.
Kataku mereka bisa memaklumi itu, awalnya mereka memang penasaran, mereka cuma butuh waktu untuk jadi biasa biasa aja.
kau menangis dengan semua pengakuanmu tentang aktifitas perselingkuhanmu disana dan dengan semua penyesalanmu, kaupikir aku harus memasang ekspresi seperti apa saat mendengarnya? aku mati rasa. ada banyak pertanyaan yang muncul dikepalaku saat itu, ah ternyata aku dikhianati, mungkin karna aku terlalu percaya, terlalu sayang, duh bodohnya seperti pilihan ya, i'm second choice? aku tahu, aku benar aku benci kau. kau bilang kau kecewa dengan orangtua kita? kau bilang belum siap? aku juga belum siap, aku juga pernah kebingungan, tapi aku ga kehilangan akal. aku juga tertekan tapi aku cuma butuh bertemu dengan orang yang pikirannya netral, bukan mencari yg baru, semua yang baru memang terlihat menarik kan, kau hebat pikrku.

Sesak, marah, benci, kecewa, masih banyak pertanyaan yg berputar putar dikepalaku, sampai pikiran yang paling buruk. salahku? itu respon yang bisa aku kasih. Kau bilang maaf kau cuma melampiaskan, katamu kau tak pakai rasa, kau tak cinta dia. Mungkin kau lupa, kita dulu juga bukan apa apa. Kau pikir cinta itu datang tiba tiba? Semua butuh proses cun . Aku terlalu sayang, terimakasih sudah membalasnya dengan ini. Dia cantik, cocok untukmu.
Sudahkah dia sesuai inginmu saat memperlakukanmu? Sabar menghadapi ketidaksabaranmu, tenang menanggapi marahmu, ceria mengelus manjamu? Semoga dia mampu. Sebab dulu, katamu, yang bisa hanya aku..





Aku tau kau berprinsip, aku coba memahamimu, aku memahami pekerjaanmu, aku mencoba memahami karaktermu, kau keras, aku bisa terima. aku menerima keluargamu mereka sudah seperti orangtuaku sendiri, kakakmu sudah seperti kakakku, abangmu, kakak iparmu, aku memaklumi kesibukanmu. Kau super sibuk. Kau jarang menghubungiku, tidak saat kau butuh. Kita jarang bicara, kita jarang berkomunikasi, aku terima. Aku pun ingin kau anggap ada, walau sebatas wkwk-jiah-haha-hehe-huhu yang kau sematkan setelah seluruh masalahmu reda..Aku tidak muluk-muluk kok, aku hanya ingin jadi notifikasi terbaikmu. Menurutmu, irpan. Apa yg paling penting dari sebuah hubungan? Komunikasi, kejujuran,kepercayaan, kesetiaan. Itu semua kuncinya. Lihat sekarang, kita kehilangan semuanya. ini yang kau bilang sayang, kau coba hancurkan kita menurutku, aku buta.. bodoh. 
Sedih rasanya dibuang, tidak dipilih. Aku kira kau paham itu, ternyata kau tidak.
 Ah ternyata kau masih bisa menemuiku dengan ekspresi itu. Mengacak rambut, Mengusap dahi, memencet hidung, mencubit pipi, mencium kening, lalu apa lagi? Hentikan, sebelum kau memorakporandakan perasaan..
Sudahlah, menurutku kita diuji karena mampu bertambah kuat. Bukan sebaliknya. Mungkin sekarang lebih baik memutuskan sepenuh hati memperjuangkan atau berbesar hati melepaskan. Menggantungkan bukanlah pilihan. Aku paham, kau tidak mencintaiku, kau hanya sedang kesepian dan kebetulan ada aku.. Mungkin sejak awal kau bukannya tak punya waktu, tapi aku memang bukan prioritas.
Maaf ya aku terlalu banyak menuntut...
maaf ya aku ini menyusahkan, merepotkan..
maaf ya aku ini tidak bisa dibanggakan
maaf ya aku ini tidak bisa di andalkan
maaf ya aku ini tidak berguna.

Terimakasih 2tahunnya, glad to know you.